LANDASAN
BIMBINGAN DAN KONSELING
MAKALAH
Dibuat
untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Dasar-Dasar
Bimbingan Konseling
Dan
Sebagai Bahan Persentasi
Dosen
Pembimbing: Jaja Suteja, M.Pd.I
DISUSUN
OLEH KELOMPOK II
1.
FAUZIYATUL
AZIZAH
2.
RISKA
NUR’AKHIDAH SARI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
PROGRAM
STUDI BIMBINGAN
KONSELING
UNIVERSITAS
NAHDLATUL ULAMA CIREBON
JALAN RAYA KAMPUS II BIMA CIREBON
TELP. (0231) 239333
Kata Pengantar
Alhamdulillah dengan rasa syukur
kehadirat Allah SWT yang dengan rahmat
dan inayah-Nya kami dapat menyelasaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Landasan Bimbingan dan Konseling”.
Makalah ini di susun dengan maksud
untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Dasar-Dasar Bimbingan Konseling.
Dalam Penulisan makalah ini penulis
merasa masih banyak kekurangan baik pada teknik penulisan maupun materi. Oleh
karena itu kami mengharapkan kritik & saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi kita maupun masyarakat.
Cirebon, Nopember 2011
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah ............................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ........................................................................... 1
D. Sistematika
Penulisan .................................................................. 2
BAB
II PEMBAHASAN
A. Landasan Filosofis......................................................................... 3
B. Landasan Historis ......................................................................... 5
C. Lamdasan
Religius ....................................................................... 6
D. Landasan Psikologis ..................................................................... 7
E. Landasan Sosial Budaya ............................................................... 8
F.. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
................................. 9
G. Landasan Pedagogis ..................................................................... 11
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 13
B. Daftar Pustaka .............................................................................. 14
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Landasan dalam bimbingan dan konseling pada hakikatnya merupakan
faktor-faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan khususnya oleh
konselor selaku pelaksana utama dalam mengembangkan layanan bimbingan dan
konseling. Ibarat sebuah bangunan, untuk dapat berdiri tegak dan kokoh tentu
membutuhkan fundasi yang kuat dan tahan lama. Apabila bangunan tersebut tidak
memiliki fundasi yang kokoh, maka bangunan itu akan mudah goyah atau bahkan
ambruk. Demikian pula, dengan layanan bimbingan dan konseling, apabila tidak
didasari oleh fundasi atau landasan yang kokoh akan mengakibatkan kehancuran
terhadap layanan bimbingan dan konseling itu sendiri dan yang menjadi
taruhannya adalah individu yang dilayaninya (klien).
B.
Perumusan
Masalah
1. Apa saja landasan yang digunakan
dalam bimbingan dan konseling?
2. Bagaimanakah implikasi
landasan-landasan tersebut dalam bimbingan dan konseling?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah
untuk memberikan pemahaman atau pengetahuan tentang landasan-landasan apa saja
yang digunakan dalam bimbingan dan konseling dan implikasinya terhadap
penerapan BK itu sendiri.
D. Sistematika Penulisan
Dalam
penyusunan makalah ini terdiri dari hal – hal yang saling berkaitan antara bab
I sampai dengan bab III
yang memuat beberapa isi sebagai berikut:
Bab
I Pendahuluan membahas tentang latar belakang masalah,
perumusan masalah, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab II Pembahasan membahas tentang landasan
filosofis, landasan historis, landasan religius, landasan psikologis,
landasan sosial budaya, landasan ilmu pengetahuan dan teknologi dan landasan pedagogis.
Bab II Penutup kesimpulan dan daftar pustaka.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Landasan dalam Bimbingan dan Konseling
1.
Landasan Filosofis
Kata filosofis atau filsafat berasal
dari bahasa Yunani: Philos berarti cinta dan sophos berarti bijaksana, jadi
filosofis berarti kecintaan terhadap kebijaksanaan.
Filsafat mempunyai fungsi dalam
kehidupan manusia, yaitu bahwa :
a. Setiap manusia harus mengambil keputusan atau
tindakan,
b. Keputusan yang diambil adalah keputusan diri
sendiri
c. Dengan berfilsafat dapat mengurangi salah paham
dan konflik, dan
d. Untuk menghadapi banyak kesimpangsiuran dan
dunia yang selalu berubah.
Para penulis Barat .(Victor Frankl,
Patterson, Alblaster & Lukes, Thompson & Rudolph, dalam Prayitno, 2003)
telah mendeskripsikan tentang hakikat manusia sebagai berikut :
·
Manusia
adalah makhluk rasional
·
Manusia
berusaha terus-menerus memperkembangkan dan menjadikan dirinya sendiri
khususnya melalui pendidikan.
·
Manusia
dilahirkan dengan potensi untuk menjadi baik dan buruk
·
Manusia
memiliki dimensi fisik, psikologis dan spiritual
·
Manusia
akan menjalani tugas-tugas kehidupannya
·
Manusia
adalah unik
·
Manusia
adalah bebas merdeka dalam berbagai keterbatasannya untuk membuat
pilihan-pilihan yang menyangkut perilaku kehidupannya sendiri.
Dengan memahami hakikat manusia
tersebut maka setiap upaya bimbingan dan konseling diharapkan tidak menyimpang
dari hakikat tentang manusia itu sendiri. Seorang konselor dalam berinteraksi
dengan kliennya harus mampu melihat dan memperlakukan kliennya sebagai sosok
utuh manusia dengan berbagai dimensinya.
2.
Landasan Historis
a.
Sekilas tentang sejarah bimbingan dan konseling
Secara
umum, konsep bimbingan dan konseling telah lama dikenal manusia melalui
sejarah. Sejarah tentang pengembangan potensi individu dapat ditelusuri dari
masyarakat yunani kuno. Mereka menekankan upaya-upaya untuk mengembangkan dan
menguatkan individu melalui pendidikan. Plato dipandang sebagan koselor Yunani
Kuno karena dia telah menaruh perhatian besar terhadap masalah-masalah
pemahaman psikologis individu seperti menyangkut aspek isu-isu moral,
pendidikan, hubungan dalam masyarakat dan teologis.
b.
Perkembangan layanan bimbingan di Indonesia
Layanan BK
di industri Indonesia telah mulai dibicarakan sejak tahun 1962. ditandai dengan
adanya perubahan sistem pendidikan di SMA yakni dengan adanya program
penjurusan, program penjurusan merupakan respon akan kebutuhan untuk
menyalurkan siswa kejurusan yang tepat bagi dirinya secara perorangan. Puncak
dari usaha ini didirikan jurusan Bimbingan dan penyuluhan di Fakultas Ilmu
Pendidikan IKIP Negeri, salah satu yang membuka jurusan tersebut adalah IKIP
Bandung (sekrang berganti nama Universitas Pendidikan Indonesia).
Dengan
adanya gagasan sekolah pembangunan pada tahun 1970/1971, peranan bimbingan
kembali mendapat perhatian. Gagasan sekolah pembangunan ini dituangkan dalam
program sekolah menengah pembangunan persiapan, yang berupa proyek percobaan
dan peralihan dari sistem persekolahan Cuma menjadi sekolah pembangunan.
Sistem
sekolah pembangunan tersebut dilaksanakan melalui proyek pembaharuan pendidikan
yang dinamai PPSP (Proyek Perintis Sekolah Pembangunan) yang diujicobakan di 8
IKIP. Badan pengembangan pendidikan berhasil menyusun 2 naskah penting yakni
dengan pola dasar rencana-rencana pembangunan program Bimbingan dan penyuluhan
melalui proyek-proyek perintis sekolah pembangunan dan pedoman operasional
pelayanan bimbingan pada PPSP.
Secara
resmi BK di programkan disekolah sejak diberlakukan kurikulum 1975, tahun 1975
berdiri ikatan petugas bimbingan Indonesia (IPBI) di Malang.
Penyempurnaan
kurikulum 1975 ke kurikulum 1984 dengan memasukkan bimbingan karir di dalamnya.
Selanjutnya UU No. 0/1989 tentang Sisdiknas membuat mantap posisi bimbingan dan
konseling yang kian diperkuat dengan PP No. 20 Bab X Pasal 25/1990 dan PP No.
29 Bab X Pal 27/1990 yang menyatakan bahwa “Bimbingan merupakan bantuan yang
diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal
lingkungan dan merencanakan masa depan.
Perkembangan
BK di Indonesia semakin mantap dengan berubahnya 1 PBI menjadi ABKIN (Asuransi
Bimbingan dan Konseling Indonesia) tapa tahun 2001.
3.
Landasan Religius
Dalam landasan religius BK
diperlukan penekanan pada 3 hal pokok:
a. Keyakinan bahwa mnusia dan seluruh alam adalah
mahluk Tuhan
b. Sikap yang mendorong perkembangan dan
perikehidupan manusia berjalan kearah dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama
c. Upaya yang memungkinkan berkembang dan
dimanfaatkannya secara optimal suasana dan perangkat budaya serta
kemasyarakatan yang sesuai dengan kaidah-kaidah agama untuk membentuk
perkembangan dan pemecahan masalah individu
Landasan Religius berkenaan dengan :
a. Manusia
sebagai Mahluk Tuhan
Manusia
adalah mahluk Tuhan yang memiliki sisi-sisi kemanusiaan.
b. Sikap
Keberagamaan
Menyeimbangkan
antara kehidupan dunia dan akhirat menjadi isi dari sikap keberagaman. Sikap
keberagaman tersebut pertama difokuskan pada agama itu sendiri, agama harus
dipandang sebagai pedoman penting dalam hidup, nilai-nilainya harus diresapi
dan diamalkan. Kedua, menyikapi peningkatan iptek sebagai upaya lanjut dari
penyeimbang kehidupan dunia dan akhirat.
c. Peranan
Agama
Pemanfaatan
unsur-unsur agama hendaknya dilakukan secara wajar, tidak dipaksakan dan tepat
menempatkan klien sebagai seorang yang bebas dan berhak mengambil keputusan
sendiri sehingga agama dapat berperan positif dalam konseling yang dilakukan
agama sebagai pedoman hidup ia memiliki fungsi :
a. Memelihara fitrah
b. Memelihara jiwa
c. Memelihara akal
d. Memelihara keturunan
4. Landasan
Psikologis
Landasan psikologis
dalam BK memberikan pemahaman tentang tingkah laku individu yang menjadi
sasaran (klien). Hal ini sangat penting karena bidang garapan bimbingan dan
konseling adalah tingkah laku klien, yaitu tingkah laku yang perlu diubah atau
dikembangkan untuk mengatasi masalah yang dihadapi
Untuk
keperluan bimbingan dan konseling sejumlah daerah kajian dalam bidang psikologi
perlu dikuasai, yaitu tentang:
1. Motif dan motivasi
2. Pembawaan dasar dan lingkungan
3. Perkembangan individu
4. Belajar
5. Kepribadian
5. Landasan
Sosial Budaya
Landasan sosial-budaya merupakan landasan
yang dapat memberikan pemahaman kepada konselor tentang dimensi kesosialan dan
dimensi kebudayaan sebagai faktor yang mempengaruhi terhadap perilaku individu.
Kegagalan dalam memenuhi tuntutan sosial-budaya dapat mengakibatkan tersingkir
dari lingkungannya.
Dalam
proses konseling akan terjadi komunikasi interpersonal antara konselor dengan
klien, yang mungkin antara konselor dan klien memiliki latar sosial dan budaya
yang berbeda. Pederson dalam Prayitno (2003) mengemukakan lima macam sumber
hambatan yang mungkin timbul dalam komunikasi sosial dan penyesuain diri antar
budaya, yaitu : (a) perbedaan bahasa; (b) komunikasi non-verbal; (c)
stereotipe; (d) kecenderungan menilai; dan (e) kecemasan. Agar komunikasi
sosial antara konselor dengan klien dapat terjalin harmonis, maka kelima
hambatan komunikasi tersebut perlu diantisipasi.
Terkait
dengan layanan bimbingan dan konseling di Indonesia, Moh. Surya (2006)
mengetengahkan tentang tren bimbingan dan konseling multikultural, bahwa
bimbingan dan konseling dengan pendekatan multikultural sangat tepat untuk
lingkungan berbudaya plural seperti Indonesia. Bimbingan dan konseling
dilaksanakan dengan landasan semangat bhinneka tunggal ika, yaitu kesamaan di
atas keragaman. Layanan bimbingan dan konseling hendaknya lebih berpangkal pada
nilai-nilai budaya bangsa yang secara nyata mampu mewujudkan kehidupan yang
harmoni dalam kondisi pluralistik.
6. Landasan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Layanan
bimbingan dan konseling merupakan kegiatan profesional yang memiliki
dasar-dasar keilmuan, baik yang menyangkut teori maupun prakteknya. Pengetahuan
tentang bimbingan dan konseling disusun secara logis dan sistematis dengan
menggunakan berbagai metode, seperti: pengamatan, wawancara, analisis dokumen,
prosedur tes, yang dituangkan dalam bentuk laporan penelitian, buku teks dan
tulisan-tulisan ilmiah lainnya.
Bimbingan
dan konseling merupakan ilmu yang bersifat “multireferensial”. Beberapa
disiplin ilmu lain telah memberikan sumbangan bagi perkembangan teori dan
praktek bimbingan dan konseling, seperti : psikologi, ilmu pendidikan,
statistik, evaluasi, biologi, filsafat, sosiologi, antroplogi, ilmu ekonomi,
manajemen, ilmu hukum dan agama. Beberapa konsep dari disiplin ilmu tersebut
telah diadopsi untuk kepentingan pengembangan bimbingan dan konseling, baik dalam
pengembangan teori maupun prakteknya. Pengembangan teori dan pendekatan
bimbingan dan konseling selain dihasilkan melalui pemikiran kritis para ahli,
juga dihasilkan melalui berbagai bentuk penelitian.
Sejalan
dengan perkembangan teknologi, khususnya teknologi informasi berbasis komputer,
sejak tahun 1980-an peranan komputer telah banyak dikembangkan dalam bimbingan
dan konseling. Menurut Gausel (Prayitno, 2003) bidang yang telah banyak
memanfaatkan jasa komputer ialah bimbingan karier dan bimbingan dan konseling
pendidikan. Moh. Surya (2006) mengemukakan bahwa sejalan dengan perkembangan
teknologi komputer interaksi antara konselor dengan individu yang dilayaninya
(klien) tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi dapat juga
dilakukan melalui hubungan secara virtual (maya) melalui internet, dalam bentuk
“cyber counseling”. Dikemukakan pula, bahwa perkembangan dalam bidang teknologi
komunikasi menuntut kesiapan dan adaptasi konselor dalam penguasaan teknologi
dalam melaksanakan bimbingan dan konseling.
Dengan
adanya landasan ilmiah dan teknologi ini, maka peran konselor didalamnya
mencakup pula sebagai ilmuwan sebagaimana dikemukakan oleh McDaniel (Prayitno,
2003) bahwa konselor adalah seorang ilmuwan. Sebagai ilmuwan, konselor harus
mampu mengembangkan pengetahuan dan teori tentang bimbingan dan konseling, baik
berdasarkan hasil pemikiran kritisnya maupun melalui berbagai bentuk kegiatan
penelitian.
7.
Landasan Pedagogis
Bimbingan
dan konseling identik dengan pendidikan.
Artinya, ketika seseorang melakukan praktik bimbingan dan konseling berarti ia
sedang mendidik, dan begitu pula sebaliknya. Pendidikan itu merupakan salah
satu lembaga sosial yang universal dan berfungsi sebagai sarana reproduksi
sosial ( Budi Santoso, 1992)
Landasan
pedagogis dalam layanan bimbingan dan konseling ditinjau dari tiga segi, yaitu:
a.
Pendidikan sebagai upaya
pengembangan individu
Pendidikan adalah upaya memanusiakan
manusia. Tanpa pendidikan, bagi manusia yang telah lahir itu tidak akan mampu memperkembangkan
dimensi ke individualannya, kesosialisasinya, kesosilaanya dan keberagamaanya.
b.
Pendidikan sebagai inti proses
bimbingan konseling.
Bimbingan dan konseling
mengembangkan proses belajar yang dijalani oleh klien-kliennya. Kesadaran ini
telah tampil sejak pengembangan gerakan Bimbingan dan Konseling secara meluas
di Amerika Serikat . pada tahun 1953, Gistod telah menegaskan Bahwa Bimbingan
dan Konseling adalah proses yang berorientasi pada belajar. Belajar untuk
memahami lebih jauh tentang diri sendiri, belajar untuk mengembangkan dan
merupakan secara efektif berbagai pemahaman.. Lebih jauh, Nugent (1981)
mengemukakan bahwa dalam konseling klien mempelajari ketrampilan dalam
pengambilan keputusan. Pemecahan masalah, tingkah laku, tindakan, serta
sikap-sikap baru . Dengan belajar itulah klien memperoleh berbagai hal yang
baru bagi dirinya dan dengan memperoleh hal-hal baru itu juga seorang klien
akan semakin berkembang.
c. Pendidikan
lebih lanjut sebagai inti tujuan bimbingan dan konseling
Tujuan Bimbingan dan Konseling
disamping memperkuat tujuan-tujuan pendidikan, juga menunjang proses pendidikan
pada umumnya. Hal itu dapat dimengerti karena program-program bimbingan dan
konseling meliputi aspek-aspek tugas perkembangan individu, khususnya yang
menyangkut kawasan kematangan pendidikan karier, Kematangan personal dan
emosional, serta kematangan sosial, semuanya untuk peserta didik pada jenjang
pendidikan dasar (SD dan SLTP) dan pendidikan menengah (Borders dan Drury,
1992).
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
Sebagai sebuah layanan profesional, bimbingan dan konseling
harus dibangun di atas landasan yang kokoh. Karena landasan bimbingan dan
konseling yang kokoh merupakan tumpuan untuk terciptanya layanan bimbingan dan
konseling yang dapat memberikan manfaat bagi kehidupan.
Landasan bimbingan dan konseling meliputi : (a) landasan
filosofis, (b) landasan histori; (c) landasan religius; (d) landasan psikologis;
(e) landasan sosial budaya; (f) ilmu pengetahuan dan teknologi dan (g) landasan
pedagogis.
Landasan filosofis berkenaan dengan upaya memahami hakikat
manusia, dikaitkan dengan proses layanan bimbingan dan konseling.
Landasan religius
berkenaan dengan manusia sebagai mahluk
Tuhan, sikap keberagamaan, peranan agama
Landasan psikologis berhubungan dengan pemahaman tentang
perilaku individu yang menjadi sasaran layanan bimbingan dan konseling,
meliputi : (a) motif dan motivasi; (b) pembawaan dan lingkungan; (c)
perkembangan individu; (d) belajar; dan (d) kepribadian.
Landasan sosial budaya berkenaan dengan aspek sosial-budaya
sebagai faktor yang mempengaruhi terhadap perilaku individu, yang perlu
dipertimbangakan dalam layanan bimbingan dan konseling, termasuk di dalamnya
mempertimbangkan tentang keragaman budaya.
Landasan ilmu pengetahuan dan teknologi berkaitan dengan
layanan bimbingan dan konseling sebagai kegiatan ilimiah, yang harus senantiasa
mengikuti laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat.
Landasan Pedagogis berkaitan dengan pendidikan. Artinya,
ketika seseorang melakukan praktik bimbingan dan konseling berarti ia sedang
mendidik.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/57115880/Landasan-Pedagogis-Dalam-Bk
bermanfaat nih, kebetulan lagi cari2 bahan makalah...
BalasHapusThank's Infonya Bray .. !!!
BalasHapuswww.bisnistiket.co.id